Penarikan Uang Ghaib di Ngawi Jawa Timur

Cerita ini adalah cerita nyata penulis berdasarkan pengalamannya. Bahwa adanya kesamaan nama ataupun pelaku hanyalah kesengajaan untuk memperjelas cerita tanpa adanya rekayasa dan bisa dipertanggung jawabkan kebenaran cerita ini.

Kali ini saya akan bercerita salah satu pengalaman saya saat berburu Uang Ghaib ( Penarikan Uang Ghaib ). Sekitar pertengahan tahun 2013 kembali saya bersama teman saya yang bernama M*ry*nto melakukan perburuan uang ghaib dan kali ini saya menginjakkan kaki di Kota Ngawi, Jawa Timur. Berbekal informasi dari teman dekat M*ry*nto mengenai seorang Kyai pemimpin salah satu Pondok Pesantren di Kota Ngawi yang bisa melakukan proses penarikan uang ghaib melalui media minyak, akhirnya saya dan M*ry*nto pun telusuri kebenaran cerita tersebut.

Informasi yang kami dapat bahwa Kyai tersebut bisa melakukan proses penarikan dengan melalui media minyak asma’an dalam beberapa jam proses dan uang tersebut bisa langsung digunakan tanpa melalui proses berkelanjutan. Disamping itu si Kyai tersebut mau untuk melakukan perjanjian bahwa apabila proses tersebut sampai gagal si Kyai tersebut sanggup untuk mengembalikan 10 kali lipat biaya yang ditanggung oleh pelaku. Informasi yang menurut kami saat itu sangat meyakinkan dan berharga karena terdesak kebutuhan ekonomi dan permainan logika kami bahwa alasan apapun yang kami pikirkan bahwa saat itu kami benar-benar sangat diuntungkan. Karena seandainya proses gagal uang kami akan kembali 10 kali lipat,kalopun berhasil uang langsung bisa digunakan. Yang ada dalam pikiran kami saat itu hanyalah maju atau maju. Meskipun ternyata biaya yang diceritakan oleh teman yang memberi informasi saat itu adalah 3 tingkat. Tingkat pertama Minyak dengan mahar 12 juta, Tingkat kedua minyak dengan mahar 25 Juta dan tingkat Ketiga adalah minyak dengan mahar 50 Juta.

Meskipun saat itu yang ada dalam pikiran kami adalah maju untuk mengikuti ritual penarikan dana hibah tersebut, namun kembali lagi kami tidak mau untuk berspekulasi terlalu tinggi dengan menaruhkan harapan yang tidak kami ketahui secara langsung kebenarannya. Oleh sebab itu saat itu kami putuskan untuk mencari uang untuk biaya penarikan dana tersebut melalui media minyak tingkat pertama dengan biaya sekitar 12 juta.

Hampir 1 minggu kami upayakan biaya tersebut dan akhirnya kami pun siap untuk melakukan proses ritual penarikan dana hibah tersebut. Dengan perencanaan yang matang saat itu kami berangkat menuju Kota Ngawi dan hanya berbekal alamat yang diberikan oleh teman tersebut. Sesampainya Kota Ngawi kami pun langsung mencari alamat dan ternyata alamat itu sangatlah mudah dicari meskipun berada di pelosok desa sebelah selatan Ngawi.

Kami pun langsung bersilaturahmi dengan Kyai tersebut, yang kebetulan beliau hari itu tidak bepergian sehingga saat itu tanpa harus buat janji dengan beliau kami bisa langsung ketemu dengan beliau. Obrolan ringan dengan basa basi orang jawa seakan-akan membuat kami semakin akrab dengan beliau, dengan selingan-selingan bercanda kami pun memperkenalkan diri dan menceritakan apa yang menjadi maksud tujuan kami untuk bersilaturahmi kepada beliau.

Setelah mengetahui apa yang menjadi tujuan utama kami datang bertemu dengan beliau, beliau yang saya taksir berumur sekitar 45 tahunan itu pun menjelaskan mengenai kebenaran proses penarikan dana hibah / benda pusaka. Bahwa proses dilakukan di rumah beliau sendiri dengan dibantu oleh para santrinya dan proses hanya sekitar 1 jam karena memang tenggang waktu kekuatan minyak tersebut tidak lama. Namun dikarenakan pada saat itu kami tidak konfirmasi terlebih dahulu ke beliau secara otomatis minyak tersebut harus diambil dahulu di salah satu pondok asuhan beliau di Banyuwangi. Dan untuk itu kami dikenakan biaya tambahan 1 juta dan kami diminta untuk menunggu selama 1 hari sambil menunggu minyak itu dibawa dari Banyuwangi. Kami pun menyanggupinya karena saat itu kami hanya berpikir kepalang basah jauh-jauh dari asal kami sampai Ngawi tanpa hasil ataupun jawaban dari rasa penasaran kami. Dan setelah kami berikan biaya mahar ritual dan transportasi kepada kyai tersebut selanjutnya kami bergegas menuju hotel untuk sekedar beristirahat dan menunggu kabar kepulangan dari kyai tersebut.

Sehari berjelang kami pun di telp oleh beliau bahwa minyak tersebut sudah siap dan kami diminta untuk datang ke rumah beliau untuk membuat surat perjanjian. Kami pun bergegas menuju rumah beliau. Kurang lebih 1 jam perjalanan kami pun sampai di rumah beliau.

Sesampainya dirumah beliau kami disambut oleh santri beliau dan kami pun dipersilahkan untuk masuk. Hampir lebih 2 jam kami menunggu beliau tidak kunjung hadir dihadapan kami, bahkan saat itu hari sudah mulai senja dan adzan maghrib pun berkumandang namun masih juga beliau belum nampak dihadapan kami. Kami hanya bisa berpikir positif dan mencoba bersabar menunggu kehadiran beliau. Akhirnya setelah sholat maghrib pun beliau muncul di hadapan kami dengan membawa sebotol minyak dan selembar kertas putih yang ternyata kertas tersebut setelah kami baca pada intinya adalah perjanjian antara kami dengan kyai tersebut. Tanpa ragu setelah kami baca surat perjanjian tersebut akhirnya kami tanda tangani. Surat perjanjian tersebut menerangkan bahwa intinya minyak tersebut sudah diterima dan apabila setelah dipergunakan tidak mampu untuk menghadirkan uang ataupun barang berharga lainnya beliau sanggup untuk mengganti biaya yang telah dikeluarkan sebesar 10 kali lipat. Menurut pembaca sangat meyakinkan sekali khan wajar saya saat itu tanpa pikir panjang langsung menanda tangani surat perjanjian tersebut.

Setelah itu, kami diminta untuk menuju sebuah ruangan untuk proses penarikan tersebut. Sebuah ruangan yang hampir mirip seperti garasi mobil yang gelap pekat hanya dibantu oleh terangnya 1 buah lilin. Nampak disitu selain kami dan beliau ada sekitar 3 orang santri yang salah satunya menyambut saat kami datang. Dan proses yang kami tunggu-tunggu pun akhirnya dimulai. Suasana semakin menegangkan saat beliau memecahkan botol minyak itu di depan kami yang sudah digelari kain putih dan dipinggirnya ada semacam karung untuk dasar dari kain putih tersebut. Para santri pun seolah-olah seperti mengeluarkan berbagai jurus untuk melakukan penarikan dipimpin oleh beliau. Terdengar berbagai benda seolah-olah jatuh diatas kain putih tersebut. Seketika beliau menghentikan proses penarikan dan memerintahkan saya untuk segera mengecek apa yang jatuh. Dan ternyata barang pusaka berwujud batu akik yang jatuh diatas kain putih tersebut. Beliau  berpesan khusus kepada saya, bahwa yang difokuskan adalah rejeki wujud uang bukan barang pusaka. Hehehehe sepertinya beliau membaca apa yang ada dalam pikiran saya. Setelah itu beliau kembali memimpin para santrinya untuk melakukan penarikan lagi. Dan begitu kagetnya saat itu lembaran uang 100 ribuan berterbangan di sekitar minyak yang ditumpahkan tersebut. Hati kamipun serasa seperti melayang tak terkira melihat hujan uang dihadapan kami. Senyum puas mewakili perasaan kami saat itu. Dan tidak sampai 5 menit beliau menghentikan proses penarikan yang kedua ini. Kali ini beliau menunjuk salah satu santrinya untuk mengumpulkan uang-uang tersebut tepat diatas kain putih tersebut. Seakan-akan terburu waktu beliau kembali mengulangi proses penarikan lagi bersama dengan para santrinya. Dan kembali fenomena hujan uang terulang lagi meskipun intensitasnya tidak terlalu banyak seperti yang sebelumnya namun cukup membuat kami yakin bahwa perburuan kali ini ada hasilnya.

Setelah proses penarikan yang ketiga ini, sambil bergegas pergi beliau menyuruh kami untuk segera mengumpulkan uang-uang tersebut dan segera keluar dari ruangan tersebut. Kami pun mengumpulkan uang-uang tersebut dan segera menuju ruang tamu seperti perintah dari beliau. Dan ternyata beliau sudah menunggu kami di ruang tamu. Di dalam ruang tamu tersebut kami diminta untuk menghitung uang yang didapat dari proses ritual tersebut. Lembar per lembar kami hitung dan ternyata hasilnya adalah Rp. 10.200.000,00 (sepuluh juta dua ratus ribu rupiah ). Beliau hanya berkata-kata : “kita sudah berusaha namun kembali lagi rejeki sudah ada yang mengatur,dan itu adalah rejeki kalian semoga bermanfaat “. Kalimat yang tidak akan pernah saya lupakan sampai sekarang. Kami gak tahu apa yang kami rasakan saat itu, entah senang,sedih atau kecewa. Yang ada kami hanya diam dan saling bertatapan seakan-akan berbicara untuk segera saja pamitan dengan kyai tersebut. Tak jelang lama kami pun berpamitan dengan kyai tersebut.

Dalam perjalanan pulang kami ngobrol bahas tentang proses penarikan tadi. Bahwa memang benar apapun yang terjadi nyata dan benar-benar kami alami. Namun sepertinya ada yang gak masuk akal dari hasilnya. Kalau dihitung dari logika dan segi ekonomi bahwa saat itu kami rugi total Rp. 2.800.000,00 ( Dua Juta Delapan Ratus Ribu Rupiah ). Namun kami tidak bisa berbuat apa-apa untuk nuntut beliau pun tidak bisa karena kami gegabah menanda tangani surat perjanjian itu. Surat perjanjian yang kami pikir adalah alat bantuan hukum untuk kami ternyata malah menjadi senjata bumerang untuk kami. Bisa dilogika bahwa memang benar minyak itu bisa dipergunakan untuk menarik uang meskipun hasilnya hanya segitu entah karomah dari minyak tersebut atau adanya bantuan ghoib yang lain semua kembali kepada beliau Yang Maha Mengetahui. Kami hanya bersyukur saat itu kami tidak rugi banyak. Bisa dibayangkan kalau saat penarikan hanya ada 1 lembar uang seratus ribuan. Tetap kami tidak bisa menuntut beliau karena memang dalam surat perjanjian tersebut tidak disebutkan jumlah rejeki yang mampu ditarik. Kami pun ambil kesimpulan bahwa saat itu pengalaman kami mahal harganya dengan tiket 2,8juta bisa lihat hujan uang. Hehehehe candaan untuk orang yang sakit hati saat itu.

Demikian cerita pengalaman saya semoga bermanfaat untuk pembaca dan bisa mengambil hikmah ataupun nilai norma yang ada. Kembali saya hanya manusia biasa yang tak lepas dari khilaf ataupun dosa. Apabila dalam penulisan cerita diatas ada pihak-pihak tertentu yang merasa tersinggung atas cerita saya diatas, saya secara pribadi meminta maaf dengan hormat. Barangkali pembaca ada yang berkenan untuk berbagi cerita pengalaman mistik ataupun ada barang antik yang siap untuk dialih rawatkan silahkan kirim ke email b4yu.jagat@gmail.com. Dan apabila pembaca berkenan saya akan memposting cerita pengalaman tersebut dengan tetap menjaga etika privacy dari narasumber.